Selamat Datang di Web Kami

Case Study (Lilis Astuti S.Pd)

Rabu, 18 Mei 20110 komentar

Mereka harus berani mengatakan apa yang diketahuinya

Oleh : Lilis astuti S.Pd

SMP Negeri 1 Giriwoyo

Pagi menjelang siang pukul 9.30,usai mengajar di SMK PANCA MARGA BHAKTI BATURETNO,12 oktober 2010,aku bergegas untuk menyetop bis menuju ke SMP N I GIRIWOYO untuk melaksanakan kewajibanku transfer ilmu kepada anak anak yang sangat membutuhkan ilmu untuk masa depan mereka,aku bekerja sebagai guru tidak tetap di sekolah yang berbeda.,suasana pagi yang kurang bersahabat, awan tidak begitu cerah, angin tidak begitu sejuk mengalir. Sungguh pagi yang terasa panas, meski demikian tidak menyurutkan langkahku untuk menyusuri jalan raya Baturetno – Giriwoyo menuju sebuah sekolah yang berada ditengah suburnya hutan jati di ujung selatan wilayah Giriwoyo. Tidak terasa aku telah mengabdi 3 tahun sebagai GTT di smp itu.

Hari ini jam 7-8, jatah aku memberi pelajaran di kelas 7 B jarum jam dinding kantor menunjukkan waktu 11.15 menit, berarti masih ada waktu 15 menit lagi aku masuk kedalam kelas Bergegas aku menuju tempat dudukku. Ku ambil buku agenda mengajarku, sekilas ku baca pertemuan terakhirku di kelas 7B. Kemudian aku ambil Perangkat mengajarku untuk memastikan materi pembelajaran hari ini.

Teet….teet….teet, tak terasa waktu bergulir tepat di jam 11.30. Segera aku mengemasi buku-buku yang aku perlukan. Bergegas aku beranjak dari tempat dudukku untuk segera menuju kelas yang akan ku ampu.”Assalamu’alaikum Wr. Wb anak-anak…!” salamku ketika aku berada tepat di depan pintu kelas 7 B “Wa’alaikum salam Wr.Wb…” serempak anak-anak membalas salamku. Selamat siang, anak-anak!”, kembali aku ucapkan salam kepada mereka. Tanpa di komando kembali mereka menjawab serentak, Selamat siang Bu”. “ Anak-anak, hari ini Ibu akan melanjutkan pelajaran dengan tema Suhu dan pengukuran, Kompetensi Dasar pertemuan hari ini Mendeskripsikan Pengukuran suhu pdalam kehidupan sehari-hari,kataku mengawali pembelajaran sambil kutulis Kompetensi dasar itu di papan tulis.Aku pandangi mereka satu persatu untuk meyakinkan bahwa mereka siap untuk belajar hari ini. Ada di antara mereka tampak tegang memandangiku, ada yang sibuk membuka-buka buku, ada pula yang menggerak-gerakkan bolpoin di atas buku, mungkin menulis KD yang aku tulis di papan tulis tadi. “Pernahkah kalian merasakan kedinginan atau kepanasan?” tanyaku. “Pernah..!” jawab mereka serentak,. “Coba siapa yang pernah merasakan udara terasa panas atau dingin?” lanjutku mencoba mengidentifikasi.Serentak mereka bereaksi dengan mengacungkan jari. Kemudian aku bertanya kepada mereka lagi,”Jika kalian bias merasakan panas atau dingin berarti kalian bisa menjelaskan apa pengertian suhu?”Siapa yang bisa?”

Sebagian mereka diam dan hanya memandang,sebagian ada yang mencoba menjawab dengan kata-katanya sendiri, tak terarah, ada yang bergumam saja, tapi ada pula yang hanya membuka-buka buku mungkin mencoba mencari jawaban di sela-sela halaman buku itu. “Apakah suhu anak-anak?”, tanyaku mencoba memancing mereka untuk berkata, beberapa anak menjawab tapi tak jelas maksudnya “ Coba siapa yang berani menjawab tunjukkan jari “ Kataku kembali mencoba memotivasi mereka untuk berkata, lagi-lagi mereka terdiam, beberapa saat aku tunggu mereka tetapi masih tetap diam juga, sedikit rasa kecewa. Aku mencoba menunjuk Laras salah satu anak yang dari tadi sempat ikut mencoba untuk menjawab walau hanya bergumam, tapi aneh ketika aku suruh menjawab dia hanya tersenyum-senyum sambil berkata, “Apa ya Bu”, jawabnya. “Coba ada yang bisa menjelaskan?’ tanyaku, yang tak diikuti respon dari siswa yang lain.

Kemudian aku mencoba menerangkan konsep suhu,Alat yang digunakan untuk mengukur suhu,macam macam termometer Konversi berbagai macam termometer dan rumusnya, aku juga menerangkan fungsi dari macam macam thermometer itu sendiri.”Siapa yang belum mengerti?”tolong tunjukan jari”.Sebagian mereka menjawab “sudah bu” tetapi sebagian diam tanpa reaksi.

Untuk memperdalam materi agar mereka mengerti, aku membagi mereka ke dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Aku memberikan berbagai macam soal-soal untuk mengkonversikan berbagai macam termometer ke termometer yang lainya kepada setiap kelompok, sedikit aku memberikan petunjuk bagaimana langkah-langkah mengerjakan dan mengitung suhu dengan rumus yang telah aku berikan pada awal pembelajaran, kemudian mereka mulai sibuk membuka buku dan mulai berdiskusi.

Aku memperhatikan bagaimana mereka berdiskusi, sesekali aku mencoba berkeliling mengamati kegiatan berdiskusi mereka. Aku melihat kelompok Andi, ia bekerja begitui asyik menghitung angka demi angka, sementara Diki ikut memperhatikan proses penghitungan, Andi sesekali mengingatkan hasil perhitungan yang salah. Tapi kulihat pula Linda yang hanya diam memperhatikan ke-3 temannya yang sibuk berargumentasi. Sesekali dia hanya menulis menyalin dari hasil perhitungan yang sudah mereka temukan. Pandangan seperti itu banyak aku temukan pada kelompok-kelompok lain. Bahkam aku temukan pada kelompok Bela di mana Fajar sibuk menulis sendiri, Vera sibuk menghitung sendiri putri dan Gita hanya ikut memandangi dan hanya ikut menyalin angka demi angka yang mereka dapatkan dari teman-temannya itu. Tak henti-hentinya aku memotivasi mereka untuk bekerja sama. Tapi mereka seakan tak peduli apa arti kerja sama, mereka hanya berpikir bagaiman cara menyelesaikan angka-angka itu secara cepat tanpa banyak bicara .

Setelah kurang lebih 30 menit waktu untuk diskusi selesai , seakan memecah kesibukan mereka, dengan mengingatkan bahwa diskusi usai dan waktu untuk presentasi hasil diskusi. Aku minta mereka menyiapkan salah satu anggota untuk menjadi wakil dalam presentasi itu. Kemudian aku menawarkan pada mereka untuk, maju mempresentasikan hasilnya. “Bagi kelpmpok yang maju pertama akan mendapatkan nilai 8, apapun hasilnya” kataku untuk memotivasi mereka maju, ternyata nilai 8 tidak membuat mereka bergegas untuk maju untuk segera meraihnya. Lagi-lagi mereka diam saling pandang antar anggota, seolah saling meminta untuk bersedia maju, seakan angka 8 tak berarti bagi mereka . Setelah lelah menunggu mereka berkata, akhirnya aku menunjuk salah satu kelompok Vera yang aku lihat sejak tadi punya niat tetapi sepertinya tidak punya nyali. Dengan agak berat melangkah Vera maju, menuliskan angka demi angka yang menjawab soal yang aku berikan pada kelompoknya tadi. Vera memang cukup pandai,. Sesekali teman-temannya bersorak karena jawaban mereka sama dengan jawaban Vera. Aku menengahi kehebohan mereka dengan mengingatkan untuk tidak puas dulu dengan hasil dari kelompok Vera. “Kita masih perlu mendiskusikan lagi hasil kelompok Vera ini”. Kegaduhan agak terkendali, Vera meletakkan spidol setelah setelah menyelesaikan tugasnya, bergegas kembali duduk, kemudian aku berusaha memancing keaktifan mereka untuk berani berpendapat mengungkapkan hal pelajaran mereka, dengan meminta kelompok lain untuk menaggapi hasil kerja kelompok Vera. Lagi-lagi mereka diam, aku tanya satu persatu kelompok lain untuk segera menanggapi , mereka hanya tersenyum-senyum. “Bagaimana pendapat kelompokmu, Bela?” tanyaku mencoba memaksa mereka berpendapat kembali. Bela hanya tersenyum malu, “Sama, Bu “ jawabnya singkat. Aku hanya bisa menghela napas, mencoba melepas segala kegetiran, betapa sulitnya mengajak mereka berpendapat. Karena waktu yang semakin lama semakin meluncur khirnya aku sendiri yang mencoba menjelaskan satu persatu permasalahan dalam pennyelesaian tugas-tugas soal yang telah kuberikan pada merekaAku melihat anak-anak begitu naif, menikmati gurunya menyelesaikan masalah mereka.

Aku begitu papa, merasa kecewa karena harapan untuk mendapatkan hasil pembelajaran terbaik tersapu oleh realita. Setelah sedikit aku memberikan kesimpulan dari pertemuan hari itu, aku tetap mengingatkan kepada mereka untuk tetap belajar, dan berlatih untuk berani berkata. “ Sebagai tugas rumah silakan kalian mencari penerapan dari konsep suhu dan pegukuran itu dalam kehidupan sehari-hari dan kalian selesaikan soal dalam lks halaman 22 no 1-3, pesanku mengakhiri pertemuan hari ini. “Ya, Bu !” serentak mereka menjawab, tanpa dikomando mereka bergegas mengemasi buku-bukunya, seiring dengan bel tanda pelajaran berakhir, aku juga bergegas mengakhir pertemuan ini dengan salam. Aku bergegas mengemasi buku-buku pembelajaranku, sambil melangkah meninggalkan kelas 7 B, seakan masih ada sisa-sisa langkahku yang tertinggal di situ. Aku masih banyak perlu belajar untuk menghidupkan kreatifitas mereka.

********************

Share this article :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger