Selamat Datang di Web Kami

Jurnal – J. Kabul Suripto, S.Pd

Rabu, 23 Januari 20130 komentar

 

Abstrak: J.Kabul Suripto,S.Pd, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Topik Listrik Dinamis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IX.D SMP Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil pengamatan peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsun di kelas IX D SMP Negeri 1 Baturetno tahun ajaran 2012-2013 terasa kurang antusias. Hasil Ulangan penjajakan pada materi pesawat sederhana menunjukkan masih jauh dari harapan, yaitu sebagian besar siswa belum tuntas belajar (59,4 %).Siswa dinyatakan tuntas belajar pada mata pelajarn IPA jika telah memperolih minimun 65. Rendahnya hasil tes( ulangan) merupakan salah satu indikasi bahwa penguasaan konsep IPA oleh siswa masih rendah. Hasil tes IPA yang masih rendah ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurangnya kemampuan guru dalam memilih model dan pendekatan pembelajaran yang tepa tserta kurang melibatkan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang belum optimal.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar terhadap materi ajar pesawat sederhana melalui preses pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas IX D SMP Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2012/2013 .

Penelitian ini dilakasanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013, dimulai pada pekan ketiga bulan Juli 2012 sampai dengan pekan ketiga bulan Nopember 2012 di SMP Negeri 1 Baturetno. Penelitian dilakukan terhadap kelas IXD SMP Negeri 1 Baturetno yang terdiri atas 32 siswa, 17 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Pembelajaran kooperatif Tipe STAD merupakan strategi pembelajaran di mana siswa belajar bersama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Pada model pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan

baik di dalam kelompoknya dan.di akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Hasil ulangan harian meningkat dari siklus I,siklus II,dan siklus III, baik dari prosentase ketuntasan klasikal maupun rata-rara kelas ulangan harian. Kenaikan tersebut sebesar 53,1 % untuk ketuntasan klasikal dan 13,5 Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2012/2013 pada materi ajar Listrik Dinamis .

Kata Kunci : Kooperatif tipe STAD, Pretasi Belajar.

 

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan perkembangan pengetahuan Pendidikan, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi para guru, baik dalam menyampaikan meteri, menggunakan metode dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun pemberian pelayanan kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya penerapan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran IPA Fisika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model pembelajaran tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran IPA Fisika di SMP Negeri 1 Baturetno, Kabupaten Wonogiri kelas IX D menunjukan bahwa sebagian besar siswa kurang responsive dan cenderung apatis dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dapat ditunjukkan ketika guru memberikan apersepsi dan memberikan beberapa pertanyaan untuk menggali potensi awal siswa ternyata respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan guru sangat rendah. Siswa disuruh guru membaca petunjuk praktikum dalam LKS,tetapi siswa kurang serius membacanya. Guru selanjutnya melakukan demonstrasi Rangkaian hambatan dan memberikan penjelasan satu persatu alat dan bahan yang digunakan,sebagian siswa kurang memusatkan perhatian pada pembelajaran,tidak aktif cenderung pasip dan sebagian besar siswa merasa takut membaca /mengamati hasil praktikum.

Beberapa asumsi tentang rendahnya

responsif siswa terhadap pembelajaran Fisika akan berdampak rendahnya prestasi belajar siswa. Kondisi tersebut harus segara diupayakan untuk segera mengatasinya. Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan siswa ,sharing ideas dengan guru kolaborator,melihat nilai ulangan harian Kelas IX D sebelumnya maka faktor utama yang dirasakan sebagai penyebab rendahnya prestasi yang berarti kurangnya penguasaan materi ajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar fisika adalah guru kurang menerapkan metode –metode pembelajaran vareatif dan menarik. Dengan demikian peran guru dalam menyediakan dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna sangat diperlukan. Bagaimana seorang guru menemukan cara terbaik untuk menyampaikan bahan ajar, sehingga siswa dapat memahami dan mengingatnya lebih lama. Pengalaman belajar yang dimiliki siswa merupakan bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Sebagai seorang guru dituntut untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Guru sebagai fasilitator dituntut kreatif dan inovatif menerapkan metode –metode pembelajaran yang lebih disukai siswa dan dapat meningkatkan keaktifannya.

Masalah utama kurangnya vareatif dalam pembelajaran maka penulis ingin memberikan alternatif dalam mengatasinya.Sebagai alternatif adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa , karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar siswa. Disamping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk belajar secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat pembelajaran.Pada penelitian ini penulis menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division (Tim siswa kelompok Prestasi)), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran tipe STAD ini. Disamping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit ,tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antar guru dan siswa. Meningkatkan kerjasama,kreativitas,berfikir kritis serta ada kemauan membantu teman.( Ibrahim,2000 ).

Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti paparkan, peneliti berupaya mencari pemecahannya dengan melakukan penelitian tindakan kelas berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Topik Listrik Dinamis Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. PERUMUSAN MASALAH

Adakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division ) pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2012/2013.”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division ) pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2012/2013.”

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi :

a. Siswa

i. Memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada proses pembelajaran.

ii. Mengurangi pengetahuan yang verbalisme.

iii. Meningkatkan responsive dan motivasi belajar siswa.

iv. Meningkatkan penguasaan kompetensi yang harus dikuasai

v. Meningkatkan prestasi belajar.

b. Guru

i. Memilih metode pembelajaran alternatif yang sesuai pada kompetensi dasar melalui percobaan listrik dinamis dan penerapannya.

ii. Meningkatkan kinerja guru.

iii. Membudayakan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran

c. Sekolah

i. Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah.

ii. Memberikan sumbangan yang positif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

 

A. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil. Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya (Handayani 2007).

Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno dalam Hindarto dan Anwar (2007) yang menyimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif di sekolah menengah dan baik diterapkan dalam setiap pembelajaran.

Muslim dalam Putra (2006), untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompok seperti milik mereka sendiri.

b. Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama.

c. Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.

d. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok mendiskusikan/membahas topik yang sama atau mengerjakan tugas yang sama. Hasil diskusi atau pekerjaan tugas kelompok dibawa dalam diskusi kelas, kemudian dibandingkan satu dengan yang lain untuk disimpulkan bersama. Tugas komplementer berarti masing-masing kelompok mendapat satu topik atau satu tugas yang berbeda dengan topik atau tugas yang diberikan pada kelompok lain. Setiap kelompok dalam diskusi kelas akan mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-masing topik atau tugas itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan materi pelajaran. Masing-masing kelompok memberikan laporan, sehingga siswa dalam kelompok lain akan memperoleh informasi mengenai bagian materi pelajaran yang tidak langsung mereka hadapi. Bagian-bagian itu dihubungkan satu sama lain dalam pembahasan kelas, sehingga saling melengkapi membentuk satu kesimpulan dari keseluruhan materi yang dipelajari (Djamarah & Zain 2006). Tugas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah tugas kelompok komplementer.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan untuk mencapai hal yang maksimal, yaitu sebagai berikut;

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan pembelajaran.

b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur strategi pembelajaran yang sesuai, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dan sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar guru dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.

e. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Pembelajaran Cooperative learning Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Komponen STAD menurut Slavin (1995:71) adalah sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.

b. Belajar dalam tim

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan.

c. Tes individu

Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis).

d. Skor pengembangan individu

Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim.

e. Penghargaan tim

Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi mereka.

Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok.

b. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda.

c. Menerapkan bimbingan oleh teman.

d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.

3. Prestasi Belajar.

Kata Prestasi Belajar terdiri dari dua suka kata yaitu “prestasi” dan “Belajar “. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia( 2002:895), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya).

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku tersebut

meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Sedangkan prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) adalah” penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran ,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.

a) Menyusun alat evaluasi untuk mengukur motivasi siswa dan penguasaan kompetensi siswa .

b) Menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran di kelas.

1. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran, meliputi:

a). Membagikan petunjuk kerja bagi siswa

b). Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok.

c). Guru membimbing siswa menentukan lokasi yang akan menjadi tempat ekplorasinya di lingkungan sekitar sekolah.

d). Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan eksporasi sesuai dengan petunjuk kerja yang diberikan.

(e). Guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok berdasarkan hasil eksplorasi di lingkungan sekitar sekolah

(f). Guru dan siswa melakukan diskusi kelas beradasarkan hasil diskusi kelompok.

g). Guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

h). Guru memberikan umpan balik untuk megetahui penguasaan materi yang baru saja diberikan.

2. Observasi dan Evaluasi Hasil Pemantauan

Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan menggunakan format pengamatan proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil pemantauan juga dilakukan secara kolaboratif dengan mengolah data yang dapat direkam dan memaknainya serta menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan tindaan ataupun hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.

Hasil monitoring dapat dilihat dari hasil analisis data, test, lembar observasi dan pantauan, kuesioner, catatan lapangan, wawancara dengan siswa dan atau guru sejawat / kolaborator baik didalam kelas maupun di luar kelas untuk selanjutnya diadakan analisis dan refleksi guna perencanaan pada siklus berikutnya.

3. Refleksi

Dari hasil observasi dan evaluasi hasil pemantauan yang diperoleh dilakukan analisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi diri untuk menentukan tindakan dan perencanaan berikutnya.

Refleksi ini dapat juga didasarkan dari jurnal yang dibuat guru setelah selesai pembelajaran, serta hasil pengamatan dan hasil tes yang dilakukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Kondisi Awal.

Sebelum penelitian dimulai ,peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas IX D selama proses pembelajaran Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, penelitin mengadakan tes ulangan dan angket setelah akhir pembelajaran. Kemudian mengadakan diskusi secara khusus dengan guru –guru IPA untuk mendapatkan refleksi awal yang akan digunakan sebagai dasar menentukan fokus masalah penelitian ini.

image

Target kurikulum tingkat satuan pendidikan di kelas IX D masih rendah.Kekurangan ini dibuktikan dengan hasil tes ulangan sebelum tindakan kelas IX D nilai rata-rata =58,4. Kreteria ketuntasan minimum (KKM) Ipa 70 pada pelaksanaan tindakan kelas ini. Siswa yang telah memenuhi kreteria ketuntasan minimum baru 40,6 % (13 siswa),sedang yang belum tuntas 59,4% ( 19 siswa).

Dilaporkan data hasil refleksi awal yang diperoleh dari angket siswa .

Dari hasil angket siswa yang terlihat pada menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IX.D SMP N 1 Baturetno menyatakan fisika merupakan pelajaran sulit (56,25 %) dan 84,37 % siswa merasa tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperolehnya.Siswa merasa jenuh dengan metode mengajar yang diterapkan selama ini.Semua siswa menginginkan model pembelajaran yang vareatif dan dapat menumbuhkan semangat belajar.

 

B. Deskripsi Siklus I

1 Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, perangkat alat pembelajaran, pembuatan instrumen dan lembar observasi. Pembuatan perangkat pembelajaran terdiri dari pengembangan silabus dan sistem penilaian, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang dilakukan dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan program pembelajaran yang telah dibuat di awal semester.

Persiapan alat pembelajaran dan lembar kerja siswa (LKS).. Program yang dibuat digunakan untuk pembelajaran pada siklus I, II,dan III .Pembuatan instrumen dan lembar observasi peneliti digunakan untuk mengetahui sejauh mana kinerja peneliti yang tidak lain adalah guru yang mengajar di kelas tersebut dalam pembelajaran khususnya pada penerapan model kooperatif tipe STAD. Sedangkan instrumen dan lembar observasi siswa digunakan untuk melakukan pengamatan dan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Listrik Dinamis dan penerapannya..

2 Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi ajar yang disajikan pada siklus I mengenai Hukum Ohm. Di awal siklus I peneliti memberikan apersepsi,tujuan pembelajaran, penjelasan tentang penggunaan alat dan langkah percobaan dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar kooperatif. Selama proses pembelajaran peneliti membimbing siswa dalam percobaan.dan pengamatan..

Selama pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap kinerja peneliti dan pengamatan terhadap aktivitas siswa, mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi siswa dan penilaian tertulis individu yang dilakukan setelah kegiatan inti dilakukan.

3. Pengamatan

Aspek yang diamati terhadap perilaku peneliti meliputi keterampilan membuka pelajaran (A), penerapan model kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran , keterampilan membimbing kelompok dalam melakukan percobaan. (B) dan keterampilan menutup pelajaran (C). Kemudian observer melakukan pengamatan terhadap kinerja peneliti dan memberikan skor pada aspek yang diamati di lembara obsevasi.

Observer mengisi lembar obsevasi siswa sesuai aspek yang diamati terhadap prilakau siswa dalam mengikuti proses pembelajaran .

4. Reflesi

Setelah dilakukan refleksi berdasarkan pengamatan melalui diskusi antara peneliti dan observer disimpulkan bahwa kenerja peneliti pada siklus 1 perlu ditingkatkan terutama ketrampilan penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD, memberi motivasi pada siswa agar lebih aktif dan trampil dalam penggunaan alat,membimbing siswa pada saat proses pembelajaran.Aktivitas siswa udah mulai tumbuh .Peneliti perlu melakukan beberapa perbaikan tampilan yang digunakan pada siklus II.

C. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan rencana tindakan pada siklus I. Rencana tindakan yang direncanakan peneliti meliputi : Menyusun rencana pelaksanan pembelajaran (RPP),menyiapkan instrument penelitian antara lain: lembar observasi siswa,kartu soal dan kunci jawaban. Menyiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menyiapkan alat/media pembelajaran.Peneliti memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran terutama pendekatan kooperatif tipe STAD.

2. Pelaksanaan tindakan.

Tindakan yang dilakukan telah mendekati perencanaan tindakan yang peneliti buat. Materi ajar yang disajikan pada siklus II mengenai hokum Kirchoff Diawali pembelajaran peneliti mereview tugas rumah ( PR).yang diberikan pada pertemuan siklus sebelumnya,memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti peneliti menjelaskan alat dan cara melakukan percobaan .Kemudian dibentuk kelomok kooperatif. Melakukan percobaan secara kelompok sesuai prosedur pada LKS Hasilnya dideskusikan kelompoknya masing-masing kemudian wakil kelompok mempresentasikan.Peneliti memberikan penekanan dan penguatan pada materi ajar katrol. Pada akhir kegiatan inti diadakan evaluasi secara individu.Pada kegiatan penutup guru/peneliti mengajak siswa melakukan refleksi tanya jawab tentang materi ajar yang baru saja dipelajari dan membuat rangkuman .Peneliti memberikan tugas rumah dan menyampaikan materi ajar pada pertemuan yang akan datang.

3. Pengamatan

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ,diadakan pengamatan dan penilaian terhadap guru dan siswa Pengamatan dan penilaian terhadap guru diadakan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan keaktivan siswa oleh observer dengan cara mengisi lembar observasi.

4. Refleksi

Bedasarkan hasil obsevasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklusII, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan siklus III. Dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan ,peneliti telah berusaha tampil dengan baik dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran tipe STAD. Beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pembelajaran adalah guru masih kurang membimbing siswa sehingga dapat menggunakan waktu yang efektif dan efisien dalam hal diskusi kelompok,memecahkan masalah.dan presentasi hasil kinerjanya.Untuk mengatai hal tersebut peneliti dan observer saling memberikan masukan agar pada siklus berikutnya peneliti tampil lebih baik.Dari hasil observasi terdapat satu atau dua dalam masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kerja yang dilakukan temannya.Untuk mengatasi peneliti pada siklus III berusaha membimbing siswa secara menyeluruh pada semua kelompok.

 

D. Deskripsi Siklus III

1. Perencanaan Tindakan

Berdasakan hasil refleksi siklus II maka direncanakan tindakan pada siklus III sebagai berikut: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( Lampiran 1),menyiapkan instrument penelitian yang berupa lembar observasi siswa ,kartu soal dan kunci jawaban.Menyiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan penbelajar dimulai dengan dengan kegiatan pendahuluan yang berupa apersepsi untuk mengingat kembali materi hokum Kirchoof pada siklus II. Motivasi disampaikan untuk menarik perhatian materi ajar yang akan disampaikan.Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.Pelaksanaan kegiatan inti peneliti meminta siswa dalam kelompok koopetif masing-masing.Siswa tampak udah terbiasa tertip dan tidak ramai. Peneliti meminta siswa membaca LKS sebagai petunjuk kegiatan praktiku. Peneliti melakukan demonstasi kelas dan dilanjutkan tiap kelompok mempraktekkan’

Peneliti mengingatkan kembali pada siswa bahwa kerja kelompok setiap siswa harus saling bekerja sama.Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas agar semua terlibat baik bertanya maupun menjawab pertanyaan.Peneliti membimbing siswa dalam melakukan kegiatan dan menarik kesimpulan.Peneliti berusaha membimbing semua kelompok.Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.Peneliti meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kenerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapinya.Peneliti memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas dan memberikan penguatan.Peneliti memberikan penghagaan pada kelompok terbaik dan kemudian mengevaluasi.

Pada kegiatan penutup siswa diajak melakukan refleksi dan membuat rangkuman materi ajar Hukum Kirchoof .Peneliti memberikan tugas dan menyampaikan materi ajar pada pertemuan berikutnya.

3. Pengamatan.

Selama proses pembelajaran berlangsung ,diadakan pengamatan dan penilaian terhadap kinerja guru /peneliti dan siswa. Pengamatan dan penilaian terhadap peneliti dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi /ulangan untuk mengetahui perkembangan prestasi siswa.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil ulangan selama siklus III berlangsung diperoleh data bahwa peneliti telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatiftipe STAD.Pembelajaran kooperatif tipe STAD telah berlangsung dengan katagori baik. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Peningkatan kinerja guru/peneliti berdampak pada peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa.

Hasil monitoring peneliti terhadap aktivitas siswa pada siklus I masih tampak canggung, belum kompak dalam kelompok ,masih merasa takut-takut melakukan kegiatan,bertanya pada guru dan takut melakukan presentasi di depan kelas. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 terangkum pada table 4.2.

Tabel 4.4 Data hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I

Pada siklus I ini aktivitas siswa mulai gairah mengikuti pembelajaran 66,3 % siswa nampak aktif sedangkan 33,7 % siswa masih perlu ditingkatkan.

Hasil Ulangan harian siswa terhadap materi ajar Hukum Ohm pada siklus I masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan bila dibandingkan dengan nilai ulangan sebelum diberikan tindakan. Prosentase ketuntasan Sebelum siklus yang memperoleh nilai ≥65 baru mencapai 40,6 % .Terdapat kenaikan prosentase ketuntasan dari 40,6% menjadi 53,1 %

Penilaian siswa berkaitan ulangan harian Siklus 1 dilaporkan pada tabel 4.5

Rata;rata nilai ulangan pada siklus 1 = 61,75. Siswa belum tuntas berjumlah 17 ( 53,1 %) ,sedang siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 15 ( 46,9 %).

Grafik 4.2. Prestasi belajar hasil ulangan harian siklus I

image

 

DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, 2003. Model Pembelajaran Portofolio, Bandung : PT Ganesindo.

Burden Paul & Byrd David M. 1999. Methods of Effective Teaching. Massachusset : Allyn & Bascon

De Potter, 2000. Quantum Teaching, Jakarta. Kaifa

Hamzah B. Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta . PT Bumi Aksara

Hidayat, 2006. Pembelajaran Ekosistem di Kebun Sekolah, PTK SMA 1 Sumenep.

Istamar Syamsuri, 2005. IPA Biologi untuk SMP kelas VII. Jakarta Erlangga.

KTSP, 2008. SMP Negeri 2 Tirtomoyo, Wonogiri. Dinas Pendidikan Kab. Wonogiri

Susilo, 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta. Pustaka Book Publisher.

Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung. Penerbit Alfa Beta.

Thoifuri, 2007. Menjadi Guru Inisiator. Kudus : STAIN Kudus Press.

TIM MGMP IPA Rayon 12 Wonogiri, 2008. IPA-Biologi VII, Klaten. Sinar Mandiri

Wenno I.H, 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta Penerbit Inti Media.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Share this article :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger